7 Tradisi Tahun Baru Islam di Indonesia yang Unik
Tak terasa tahun baru Islam 1 Muharram sudah di depan mata. Pada momen pergantian tahun ini, banyak umat muslim yang berlomba-lomba untuk menambah amalan agar dapat menutup tahun dengan kebaikan.
Selain digunakan untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta, di Indonesia sendiri waktu ini juga dipakai untuk melaksanakan berbagai tradisi yang sudah dilakukan sejak puluhan hingga ratusan tahun.
Tidak sembarangan, beberapa tradisi ini tentunya memiliki arti yang dalam sehingga terus dilaksanakan hingga zaman modern seperti sekarang. Beberapa tradisi perayaan tahun baru islam ini bahkan dilakukan oleh masyarakat kota seperti Jakarta, lho!
Penasaran dengan apa saja tradisi ini? Simak ulasan ini sampai habis, ya Jaknoters.
Tradisi Tahun Baru Islam di Indonesia
Dilaksanakan oleh banyak daerah, berikut beberapa tradisi tahun baru Islam di Indonesia yang masih dilakukan hingga saat ini.
1. Mabit di Masjid
Mabit di Masjid adalah tradisi tahun baru islam yang banyak dilakukan oleh masyarakat perkotaan seperti Jakarta. Biasanya para pengurus masjid akan mengadakan berbagai acara mulai dari pengajian, ceramah, hingga membaca shalawat agar seseorang dapat mabit atau bermalam di masjid.
Selain kegiatan yang bisa dilakukan bersama, para jamaah juga dibebaskan untuk melakukan ibadah secara pribadi, seperti sholat malam, membaca Al-Quran, berdzikir, dan banyak lainnya yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
2. Tabuik
Tabuik atau tabuk adalah tradisi perayaan malam tahun baru Islam yang berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. Tradisi ini dilakukan untuk memperingati kematian Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW.
Berbeda dari tradisi lain yang dilakukan sebelum atau saat tahun baru, tabuik dilaksanakan selama 10 hari dengan puncaknya pada tanggal 10 Muharram. Selama pelaksanaan Tabuik, masyarakat Pariaman akan membuat patung yang melambangkan seekor buraq.
Pada tanggal 10, patung ini akan diarak di jalanan kota sambil diiringi tari dan musik tradisional. Kemudian patung akan dibawa ke pantai untuk dilarung ke laut
Besarnya perayaan ini membuat Tabuik jadi salah satu agenda tahunan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Pariaman dan sekitarnya.
3. Upacara Bubur Suro
Masyarakat Sunda punya cara sendiri untuk menyambut datangnya tahun baru Islam, yakni Upacara Bubur Suro. Upacara ini dilakukan dengan memakan bubur bersama-sama di masjid atau mushola.
Eits, jangan salah bubur yang dimakan di sini bukan sembarang bubur. Biasanya masyarakat akan menyiapkan bubur merah dan putih yang dimasak secara terpisah. Kedua bubur ini kemudian di bawa ke masjid untuk disajikan setelah proses ceramah dan doa bersama.
Selai di budaya Sunda, kamu juga bisa menemukan tradisi serupa bernama Bubur Ayura di Kalimantan. Di pulau ini bubur yang disajikan terbuat dari sembilan bahan pokok, seperti beras, ketela pohon, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan banyak lainnya.
4. Nganggung
Masih berhubungan dengan makanan, perayaan tahun baru ini berasal dari Pulau Bangka, tepatnya di kota Pangkalpinang. Pada tanggal 1 Muharram, masyarakat wilayah ini akan berkumpul untuk melaksanakan tradisi Nganggung.
Tradisi ini dilakukan dengan membawa makanan dari rumah masing-masing dan berkumpul di masjid, surau, atau lapangan untuk menyantapnya bersama. Hal unik dari tradisi ini adalah makanan yang dibawa harus disusun pada dulang yang ditutup tudung saji berwarna merah dengan gambar bintang pada bagian atasnya.
Tradisi ini bersifat sukarela sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja. Tapi sayangnya para ladies harus absen dari Nganggung karena tradisi ini hanya bisa dihadiri oleh para laki-laki.
5. Kirab Kebo Bule
Dikenal dengan budayanya yang kental, tentu Kota Solo punya tradisi khusus untuk menyambut tahun baru Islam seperti Kirab Kebo Bule.
Termasuk dalam rangkaian perayaan 1 Suro, tradisi ini dilakukan dengan menghadirkan kerbau putih milik Kyai Slamet yang kemudian dikenal dengan sebutan Kebo Bule. Dianggap sebagai hewan keramat, kerbau ini kemudian dibawa sebagai pengawal untuk mengarak pusaka keramat yang dimiliki Keraton Surakarta.
Hanya dilakukan sekali dalam setahun, kemunculan kerbau berwarna putih ini sangat dinanti oleh masyarakat Solo dan sekitarnya sehingga ribuan orang rela meluangkan waktunya untuk menonton langsung perayaan ini.
6. Tapa Bisu
Masih dari budaya Jawa, tradisi tahun baru Islam ini berasal dari Keraton Yogyakarta. Tapa bisu adalah ritual yang dilakukan dengan berjalan mengelilingi benteng keraton tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Dilaksanakan oleh para abdi dalem, ritual ini menempuh jarak sejauh 7 km yang dimulai dari halaman Keben, kemudian berlanjut ke Jl Kauman, berlanjut ke Jl Agus Salim, Jl Wahid Hasyim, pojok benteng barat, Jl MT Haryono, pojok benteng timur, Jl Brigjen Katamso, dan Jl Ibu Ruswo. Pada akhirnya tapa bisu akan berakhir di alun-alun utara Kota Yogyakarta.
Menawarkan waktu untuk introspeksi diri, tradisi ini juga banyak diikuti oleh warga secara individu maupun berkelompok.
7. Pawai Obor
Tradisi perayaan tahun baru islam terakhir adalah pawai obor. Perayaan ini dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Biasanya para warga dari anak-anak hingga orangtua akan berkumpul di lapangan kemudian dilanjutkan pawai keliling desa atau kampung sambil membawa obor. Tidak hanya berjalan, pawai ini juga diramaikan dengan lantunan shalawat yang ditujukan pada Nabi Muhammad SAW.
Tidak hanya jadi kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dan menyadari berbagai kesalahan yang dilakukan selama setahun, beberapa tradisi tahun baru Islam ini juga bisa mempererat hubungan dengan manusia lainnya.
Semoga kamu bisa memulai tahun 1445 Hijriah dengan bersih dan penuh berkah, ya!